LITERASI




Cahaya Ramadhan

Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. 
Perumpamaan cahaya Allah, 
Adalah sebuah lubang yang tak tembus. 
Yang didalamnya ada pelita besar. 
Pelita itu di dalam kaca. 
Kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya 
Seperti mutiara.
Yang dinyalakan dengan minyak. 
Dari pohon yang banyak berkahnya. 
Yaitu pohon zaitun. 
Yang tumbuh tidak disebelah timur. 
Dan tidak pula disebelah barat. 
Yang minyaknya saja. 
Hampir-hampir menerangi, 
Walaupun tidak disentuh api. 
Cahaya diatas cahaya, ( Berlapis-lapis ) 
Allah membimbing kepada cahaya-Nya. 
Siapa yang dia kehendaki.
Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Manusia. 
Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
An-Nur 35

Matahari, cahaya utama dilangit memancarkan cahaya,
Bumi menyerap dan memantulkan cahaya ke bulan,
Bulan menyerapnya.
Maka kita melihat bulan bercahaya.
Cahaya yang datang dari bumi.
Dan bumi dari matahari.
Cahaya bulan pantulan dari cahaya matahari lewat bumi.

Laksana bulan, bumi dan matahari.
Ramadhan pun begitu.
Allah sang maha cahaya.
Pemberi cahaya kepada langit dan bumi.
Cahaya diatas cahaya. ( Berlapis - lapis)
Subhanallah!
Jika kita mampu menyerap cahaya itu.
Subhanallah!
Dan serta merta mampu memantulkannya kembali.
Subhanallah!
Apalagi pada bulan Ramadhan.
Subhanallah !
Itulah cahaya Ramadhan kita
Cahaya Ramadhan kita adalah pantulan cahaya Sang Maha Cahaya lewat diri kita di bulan Ramadhan.
Cahaya-cahaya Ramadhan kita memantul kembali pada bulan dibulan Ramadhan.
Indahnya, cahaya bulan dibulan Ramadhan
Lebih indah dari cahaya 1000 bulan.
Subhanallah...!

Maya Amzar
Terusan Pasir Koja, 11 November 2002.












Guru-Guru SK Sungai Menghulu pada hari guru 16 Mei 2010

PUISI : GURU OH GURU
(SN Usman Awang)

Guru Oh Guru ................
Dialah pemberi paling setia Tiap akar ilmu miliknya
Pelita dan lampu segala
Untuk manusia sebelum manjadi dewasa.
Dialah ibu dialah bapa juga sahabat
Alur kesetiaan mengalirkan nasihat
Pemimpin yang ditauliahkan segala umat
Seribu tahun katanya menjadi hikmat.

Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa
Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta
Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara
Jika hari ini seorang ulama yang mulia
Jika hari ini seorang peguam menang bicara
Jika hari ini seorang penulis terkemuka
Jika hari ini siapa saja menjadi dewasa;
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa
Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca.

Di mana-mana dia berdiri di muka muridnya
Di sebuah sekolah mewah di Ibu Kota
Di bangunan tua sekolah Hulu Terengganu
Dia adalah guru mewakili seribu buku;
Semakin terpencil duduknya di ceruk desa
Semakin bererti tugasnya kepada negara.

Jadilah apa pun pada akhir kehidupanmu, guruku
Budi yang diapungkan di dulang ilmu
Panggilan keramat "cikgu" kekal terpahat
Menjadi kenangan ke akhir hayat.

Nukilan Allahyarham SN Dato' Dr. Usman Awang
Dipetik daripada buku antologi puisi Guru oh Guru
yang diselenggarakan oleh Zam Ismail
terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), Kuala Lumpur, 1989.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Percubaan membina Blog.